MUHAMMAD NAUFAL INDIARTO
17 November, 2022
Pakaian Tradisional/Adat Jawa Tengah
Busana adat jawa biasa disebut dengan busana kejawen yang mempunyai perumpamaan atau pralambang tertentu terutama bagi orang Jawa yang Menggunakannya. Busana Jawa penuh dengan piwulang sinandhi, kaya akan suatu ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi Jawa. Ajaran dalam busana kejawen ini merupakan ajaran untuk melakukan segala sesuatu didunia ini secara harmoni yang berkaitan dengan aktifitas sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia, dengan diri sendiri, maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta segala sesuatu dimuka bumi ini
Busana Kejawen yang akan dijelaskan dibawah ini terdiri dari busana atau pakaian yang dikenakan pada bagian atas tubuh, seperti iket, udheng (Bagian Tubuh Seperti Rasukan atau biasa disebut dengan baju, jarik, sabuk, epek, timang, bagian belakang tubuh yakni keris, dan bagian bawah kaki yaitu cendela. Berikut adalah Item yang ada Pada Busana Adat Bagian Atas
Pakaian Adat Bagian Atas
1. IketIket adalah tali kepala yang dibentuk sedemikian rupa sehingga berbentuk penutup kepala. Cara mengenakan iket harus kenceng, kuat supaya ikatannya tidak mudah terlepas. Bagi orang Jawa arti iket adalah agar manusia memiliki pamikir atau pemikiran yang kencang, tidak mudah terombang – ambing hanya karena factor situasi atau orang lain tanpa pertimbangan yang matang.
2. UdhengUdheng dikenakan pada bagian kepala dengan cara mengenakan seperti mengenakan topi. Bila sudah dikenakan diatas kepala, iket menjadi sulit dibedakan dengan udheng karena ujudnya sama. Udheng berasal dari kata mudheng artinya mengerti dengan jelas. Maknanya manusia akan memiliki pemikiran yang kukuh bila sudah mudheng atau memahami tujuan hidupnya. Manusia memiliki fitrah untuk senantiasa mencari kesejatian hidup sebagai sangkan paraning dumadi. Makna lain dari udheng ini adalah agar manusia memiliki keahlian / ketrampilan serta dapat menjalankan pekerjaannya dengan pemahaman yang memadai karena memiliki dasar pengetahuan.
3. BenikBusana Jawa seperti beskap selalu dilengkapi dengan benik ( kancing ) disebelah kiri & kanan. Lambing dari benik itu adalah bahwa manusia dalam melakukan tindakannya dalam segala hal selalu diniknik; artinya diperhitungkan dengan cermat. Apapun yang dilakukan janganlah sampai merugikan orang lain, dapat menjaga antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Pakaian Adat Bagian Bawah
1. SabukSabuk digunakan dengan cara melingkarkan di badan atau lebih tepatnya dipinggang. Sa-buk artinya hanya impas saja, ngga untung & ngga rugi. Makna sabuk adalah agar manusia menggunakan badannya untuk bekerja sungguh – sungguh, jangan sampai pekerjaannya tidak menghasilkan atau tidak menguntungkan ( buk ).
2. Epekmemiliki makna tersirat bahwa untuk bisa bekerja dengan baik, maka manusia harus epek, apek dan golek dalam mencari ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Dalam usaha mencari ilmu maka harus tekun, cermat dan teliti agar bisa benar-benar memahami ilmu pengetahuan itu.p> 3. Wiru
Mengenakan jarik atau kain selalu dengan cara mewiru ujungnya sedemikian rupa. Wiru atau wiron bisa terjadi dengan cara melipat – lipat ujung jari sehingga berwujud wiru. Wiru artinya wiwiren aja nganti kleru. Olahlah segala hal sedemikian rupa sehingga menumbuhkan rasa menyenangkan dan harmonis, jangan sampai menimbulkan kekeliruan dan disharmoni.
4. Jarikmerupakan sebuah kain yang dipakai guna menutupi bagian tubuh mulai dari pinggang hingga mata kaki. Pemakaian jarik berarti aja gampang serik atau jangan mudah iri pada orang lain. Wiru jarik atau kain yang dipakai selalu diwiru atau dilipat bagian pinggiran yang vertikal di satu sisi saja.
Jenis Pakaian Adat Tradisional
Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya dikenal teguh menjaga warisan leluhur. Tradisi yang lama berlangsung tersebut dijaga dan diselaraskan dengan kemajuan jaman, bahkan kemajuan teknologi dimanfaatkan penduduknya untuk memperkenalkan budaya mereka. Batik salah satunya. Berikut adalah beberapa macam pengertian pakaian adat dan penjelasannya yang terdapat di daerah Jawa Tengah
1. Kain Batik
Batik telah dibuat sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan sejarah mencatat untuk pertama kalinya batik diperdagangkan pada tahun 1586 di Surakarta. Berikut Adalah Jenis-jenis Motif Kain Batik Yang Ada di Daerah Jawa Tengah
Digunakan oleh orang tua mempelai pengantin dalam acara pernikahan. Kain ini bermakna orang tua dan mertua dapat memberikan nasehat sekaligus doa yang baik kepada anak dan menantu agar rumah tangga mereka berlangsung dengan baik, meraih derajat yang tinggi, dan semua harapan tercapai.
Batik Cakar AyamDigunakan oleh orang tua saat digelar acara Mitoni, Siraman, dan Tarub. Batik ini mewakili harapan agar sang anak yang akan menikah dapat mencari nafkah dan hidup mandiri setelah menikah, bahkan bukan hanya untuk pengantin melainkan juga keturunan mereka.
Batik Gregeh WuluhDapat digunakan oleh siapa saja dan kapan saja karena kain batik ini lazimnya digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Motif ini mengingatkan agar setiap orang senantiasa memiliki cita-cita dan tujuan hidup yang jelas sehingga selalu semangat dalam menjalani hidup.
Batik Gregeh WuluhBatik yang hanya bisa digunakan oleh kalangan bangsawan ini mewakili harapan agar pemakainya dapat memperoleh keluhuran, kedudukan, dan dijauhkan dari segala marabahaya oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Batik Kawung PicisBatik ini juga dikhususkan untuk orang-orang yang berasal dari kalangan kerajaan. Maknanya agar manusia tidak pernah lupa dari mana ia berasal, penunjuk arah empat mata angin, dan agar dapat mengendalikan nafsu hendaknya manusia senantiasa menggunakan hati nurani dalam setiap aktivitasnya.
Selain batik-batik di atas, masih ada banyak jenis batik lainnya. Dan yang perlu diingat adalah, masing-masing motif memiliki makna. Di jaman sekarang, tidak banyak orang yang mengenakan batik disesuaikan dengan peran dan maksud pemilihan motifnya. Sebab tidak banyak orang yang memahami bahwa setiap motif ternyata memiliki filosofi yang berbeda.
2. Kebaya Jawa Tengah
Banyak daerah yang menggunakan kebaya sebagai pakaian adat masing-masing yang dikhususkan untuk para wanita. Sebut saja Kebaya Rancongan dari Madura, Kebaya Sunda dari Sunda, Kebaya Betawi dari Betawi, dan lainnya. Sementara itu, istilah kebaya sendiri sebenarnya berasal dari Bahasa Arab Abaya yang berarti pakaian. Kebaya Jawa Tengah tentunya memiliki keunikan tersendiri. Dengan tampilan yang tampak klasik namun berkelas, kebaya Jawa Tengah sedikit menyimpan kesan misterius. Kebaya Jawa Tengah seringkali digunakan oleh mempelai wanita dalam acara pernikahan.
Agar tampak mewah dan muncul aura ratu, bahan yang dipilih merupakan bahan beludru atau kain sutera. Sedangkan untuk kegiatan sehari-hari, kain yang digunakan adalah kain katun atau bahkan nilon tipis agak transparan yang dihiasi dengan sulaman atau bordiran. Namun demikian, kebaya ini juga sering digunakan acara wisuda, acara adat, menyambut kedatangan tamu, dan peringatan hari besar.
Pada umumnya kebaya ini berwarna hitam. Untuk memastikan bagian dada tertutup dengan aman, wanita Jawa Tengah menggunakan kemben sebagai dalaman. Keelokan kebaya diselaraskan dengan bentuk tubuh wanita yang sedap di mata sehingga perlu stagen untuk mengencangkan bagian perut dan pinggang. Agar stagen tidak terlihat dari luar, diperlukan tapih tanjung. Di bagian bawah, para wanita Jawa Tengah mengenakan kain panjang yang disebut jarik. Kain jarik ini bermotif batik.
Agar semakin terlihat anggun namun tegas, rambut wanita ditata berbentuk konde dengan hiasan bunga melati di atasnya. Agar semua kecantikan tersebut semakin sempurna, perlu sekali menambahkan perhiasan seperti subang, kalung, cincin, gelang, dan terkadang membawa aksesoris satu lagi, yaitu kipas. Penjelasan di atas merupakan kebaya tradisional sesuai dengan kebaya pada masa awal. Untuk jaman sekarang, tidak sedikit kebaya yang didesain dengan warna yang beragam dan lebih trendi karena tingginya minat masyarakat. Terlebih saat ini sudah mulai banyak kebaya yang diperuntukkan untuk wanita berhijab, tentu memerlukan penyesuaian agar dapat menutup aurat dengan sempurna.
Budaya memiliki filosofi tersendiri mengenai pemakaian kebaya. Kesabaran dan lemah lembut merupakan makna yang tersimpan dalam kebaya. Jika diperhatikan seksama, potongan kebaya selalu mengikuti bentuk tubuh. Artinya, perempuan Jawa diharuskan bisa menyesuaikan diri dan menjaga diri sendiri di manapun mereka berada.
3. Surjan
ini dulunya diperuntukkan khusus untuk anggota kerajaan yang berasal dari bangsawan ataupun abdi dalem (aparatur sipil). Sehingga tidak sembarang orang dapat memakai pakaian Surjan. Umumnya pakaian Surjan digunakan saat acara resmi berlangsung. Baju Surjan tampak mirip dengan beskap disertai motif lurik-lurik coklat dan hitam yang id bagian depannya terdapat saku. Bawahannya merupakan kain panjang bermotif batik yang dililitkan di pinggang dan panjangnya hingga mata kaki. Sebagai penutup kepala, para pria dapat menggunakan blangkon yang terbuat dari kain batik. Kain tersebut dililitkan di kepala lalu diikat. Untuk saat ini, dapat ditemukan blangkon instan yang sudah jadi sehingga memudahkan para pria untuk mengenakannya.
Dalam tradisi Jawa, disebutkan bahwa laki-laki memiliki rambut panjang adalah aib sehingga harus ditutup dengan blangkon. Di bagian belakang blangkon dapat Anda temui tonjolan yang disebut mondolan. Sementara itu, jika Grameds perhatikan dengan teliti, akan Anda temukan dua ikatan di bagian belakang yang melambangkan dua kalimat syahadat yang diikat dengan kuat. Artinya, hendaknya seseorang yang memakai blangkon memegang teguh pada ikatan yang kokoh, yakni ajaran Islam.
4. Kanigaran
Dulunya, Kanigaran merupakan pakaian yang sering digunakan oleh para raja. Dari penampilannya saja sudah menampakkan keagungan dan kekuasaan. Namun saat ini sering digunakan untuk acara pernikahan. Untuk pria, atasan pakaian adat Jawa Tengah satu ini berupa beskap berkerah yang terbuat dari beludru halus dan dihiasi sulaman-sulaman emas di bagian depan dan kedua ujung lengan. Agar tampak mewah dan elegan ditambahkan kesan mengkilap. Sementara untuk wanita, juga mengenakan warna yang senada dengan prianya namun tanpa kerah.
Bagian bawah kanigaran adalah Dodoran atau Kampuh yang berbeda dengan kain jarik biasa. Dibandingkan dengan jarik biasa, dodotan relatif lebih berwarna. Pemakaian Dodot tidak cukup hanya dililitkan di pinggang, namun juga disampirkan di tangan
5. Basahan
Penampilan Basahan sangat mencolok karena tidak memakai atasan untuk menutup tubuh bagian atas. Riasan yang digunakan ketika memakai Basahan dinamakan Paes Ageng Kanigaran. Para pria tidak menggunakan baju alias bertelanjang dada. Di bagian dada terdapat semacam kalung yang melambangkan kemewahan. Untuk bawahan, para pria menggunakan kain dodot yang menutupi pusar. Sebagai penutup kepala, pengantin pria mengenakan kuluk yang memiliki beberapa macam warna. Tidak lupa para pria membawa senjata berupa keris untuk menunjukkan kekuatan
Sementara itu, para wanita membiarkan bahu dan dada bagian atas terbuka. Agar tetap sopan, para wanita menggunakan kemben untuk menutupi tubuh bagian atas lainnya. Sementara bawahannya, para wanita juga menggunakan Dodot. Rambut ditata membentuk konde dan dihiasi dengan bunga-bunga di atasnya. Di lehernya juga menjuntai kalung yang indah. Baik pria maupun wanita, di kedua pangkal lengannya terdapat hiasan. Secara keseluruhan, filosofi yang terkandung dalam pakaian ini sangat dalam. Dengan menggunakan pakaian ini, pengantin dianggap telah berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Makna tersebut disimbolkan melalui busana dan tata rias yang digunakan
6. Jawi Jangkep
Pakaian ini berupa beskap hitam yang disertai motif bunga keemasan di bagian tengahnya. Beskap ini berkerah agak tinggi dan tidak memiliki lipatan. Di lehernya, pria Jawa Tengah mengenakan untaian bunga melati yang dikalungkan. Bagian depan dan belakang sebelah bawah baju Jawi Jangkep ini sengaja dibuat tidak simetris. Bagian depan dibuat lebih panjang dibandingkan bagian belakang sebagai antisipasi untuk menyimpan keris. Peletakan keris di belakang bermakna agar manusia dapat menolak segala rupa godaan setan dan keris merupakan simbol perlawanan. Baju Jawi Jangkep tersebut diselaraskan dengan kain jarik panjang yang dikenakan dengan cara melilitkannya di pinggang. Sebagai penyempurna, digunakan penutup kepala berupa blangkon. Arti penggunaan blangkon sendiri untuk menunjukkan bahwa laki-laki yang memakainya adalah laki-laki yang menutupi aib.
Pakaian Jawi Jangkep yang berwarna hitam digunakan untuk acara-acara resmi. Sementara pakaian Jawi Jangkep Padintenan memiliki warna selain hitam dan biasanya digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Sebagai informasi tambahan, pakaian Jawi Jangkep juga dikenal dengan Piwulang Sinandhi. Kancing yang terpasang di dalam beskap memberikan isyarat agar pria Jawa Tengah selalu bertindak cermat dan penuh perhitungan dalam melakukan segala sesuatu.
7. Beskap
awalnya, beskap dan pakaian Jawi Jangkep merupakan satu kesatuan. Dengan kata lain, beskap merupakan bagian dari pakaian Jawi Jangkep. Namun seiring berjalannya waktu, beskap seringkali dipakai oleh pria secara terpisah. Warna kain yang sering digunakan untuk membuat beskap adalah polos atau hitam. Dengan desain sederhana dan kerah lurus tanpa lipatan, model beskap dibuat tidak simetris sebagai berjaga-jaga untuk menyimpan keris.
Selama ini, dikenal empat macam jenis beskap di Jawa Tengah. Pertama, Beskap Gaya Jogja berkiblat pada pakem Keraton Yogyakarta. Kedua, Beskap Landung dengan bagian depan lebih panjang. Ketiga, Beskap Gaya Kulon yang sering digunakan di daerah Purwokerto, Tegal, Banyumas, dan daerah-daerah lain yang dekat dengan Jawa Barat. Keempat, Beskap Gaya Solo yang mengacu pada pakem Keraton Surakarta.